Tentang GLD (Garis Lingkar Dialektika): Perintisan hingga Konsistensi



Yogyakarta - Garis Lingkar Dialektika atau GLD adalah komunitas diskusi atau sorogan buku yang berbasis kepada macam-macam keilmuan.

Berdirinya Garis Lingkar Dialektika berawal ketika dua orang mahasiswa yang gabut, Nahzat Azadi Al-Ghifary dan Agus Gunawan, merasa resah hingga merasa "hidup kok begini-begini saja". Akhirnya mereka berdua memiliki ide untuk mengumpulkan teman-teman se-perkopian nya dan membahas mengenai harus diadakannya forum diskusi sorogan buku. 

Malam itu, Jum'at, tanggal 17 September 2021, sekitar pukul 11 malam, di warung Kopi Genk (Tempat ngopi di Yogyakarta), Nahzat dan Awan (Panggilan Agus Gunawan) membicarakan mengenai harus ada diskusi buku di warung kopi, saat itu ada M. Khairu, M. Farhan Mubarok, Adi Nugroho, Sofwaturrohman, Cepi Umar, Azrur Roziqin, Lilik Agus, dan Aulia. Mereka semua memberikan tanggapan yang baik terkait harus diadakannya forum diskusi buku, karena bagi mereka jika hanya duduk-duduk saja di tempat ngopi sambil main game, kajian tokoh (bahasa keren dari ghibah), sampai dengan menggalau di tempat ngopi itu kurang produktif dan unfaedah rasanya. Mereka sangat bersemangat untuk mewujudkan keinginannya dan terlibat aktif dalam berbagai diskusi persiapan pendirian sebuah forum diskusi yang berdialektika. 

Mereka semua bersepakat untuk diadakannya forum diskusi dan sorogan buku. Malam itu, mereka sibuk memikirkan nama apa yang cocok untuk diberikan kepada forum diskusinya nanti. Sempat terbesit nama "Mimbar Kebebasan", akan tetapi ada rasa yang kurang srek apabila menggunakan nama itu. Lalu muncul lagi nama "Ruang Kosong Dialektika", mereka semua hampir menyepakati nama itu karena terdengar sangat estetik dan enak didengar. Akan tetapi, mereka baru menyadari bahwa "Ketika berpendapat atau memiliki gagasan jangan pernah berangkat dari ruang kosong", artinya segala pendapat yang dikeluarkan dari mulut jangan sampai tidak memiliki dasar dan fakta yang jelas. Lalu mereka bersepakat untuk tidak menggunakan nama itu, karena persoalan nama adalah sebuah hal yang sakral. 

Tidak berhenti disitu, mereka semua memikirkan tentang nama yang baik bagi forum itu. Setelah lama berpikir dan berdebat (saking banyaknya nama yang diusulkan), akhirnya ada yang mengusulkan nama yang terdengar keren dan penuh makna, yaitu "GARIS LINGKAR DIALEKTIKA". Garis Lingkar Dialektika atau GLD memiliki arti bahwa garis-garis itu adalah seorang manusia yang berkeinginan untuk belajar hal-hal baru, selanjutnya garis itu melingkar layaknya sebuah forum diskusi, lalu pada akhirnya didalam sebuah lingkaran yang terbuat dari garis-garis itu lahirlah ruang berdialektika, maka dari itu dinamakan Garis Lingkar Dialektika. Sebuah Filosofi yang unik!

Setelah lahirnya nama sebuah forum diskusi, Garis Lingkar Dialektika (sebutan selanjutnya GLD) menyepakati untuk membedah buku sampai tuntas. Buku pertama yang GLD diskusikan adalah buku Filsafat karya Henry Manampiring, yang berjudul "Filosofi Teras". GLD beranggapan bahwa filsafat adalah salah satu ilmu yang penting dipelajari oleh mahasiswa. Maka dari itu, buku yang mudah untuk dipahami dalam mempelajari filsafat pertama kalinya adalah buku Filosofi Teras itu. Pemahaman-pemahaman mengenai Filsafat Stoa bisa merangsang anak-anak GLD untuk selanjutnya mempelajari filsafat yang lain.

GLD menyepakati untuk mengadakan sorogan buku setiap hari dan dimulai keesokan harinya setelah GLD lahir. Tanggal 18 September 2021 adalah diskusi pertama kalinya, sehari setelah lahirnya GLD, dari hanya 4 orang yang mengikuti diskusi di hari pertama menjadi modal besar untuk GLD kedepannya, hingga saat ini lebih dari 10 orang setiap hari konsisten mengikuti diskusi ini.

Harapan dari setiap anggota GLD, semoga suatu saat GLD akan menjadi forum Dialektika yang besar, mempunyai perpustakaan buku, mempunyai rumah baca, hingga menerbitkan buku suatu hari nanti. Karena GLD meyakini bahwa suatu hal yang besar terlahir dari langkah-langkah kecil.

Terakhir, mengutip pesan dari seorang senior yang turut mengapresiasi lahirnya GLD ini, pesannya:

"Baca apa saja, yang penting tetap kritis dan istiqomah!"

Semoga senyum Tuhan selalu menyertai aktifitas kita, hingga nafas terakhir tersenyum berpapasan dengan-Nya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biografi Nahzat Azadi Al-Ghifary

Peran Pelajar dan Mahasiswa dalam perubahan Politik dan Ketatanegaraan Indonesia

PUISI : Mencari Akhir Lorong Labirin Cinta